Rabu, 05 Februari 2014

Untitled Story by me.

Dear you,
Kau tahu? Aku mengagumimu sejak lama.
Aku sadar, sekarang aku tak hanya mengagumimu. Kurasa aku juga mulai mencintaimu.

Mungkin kau tak tahu siapa aku,
Tapi aku tahu betul siapa kau.

Hari demi hari berlalu.
Aku melihatmu setiap hari. Dan pada saat itulah, rasa cintaku padamu bertambah.
Semakin hari semakin banyak.
Aku selalu memperhatikanmu dari sudut yang tak pernah kau sadari.
Aku bisa melihatmu, namun kau tak akan bisa melihatku.

Kurasakan cintaku semakin membara.
Saat kulihat wajahmu yang tegas nan anggun, semakin membuatku tergila-gila padamu.
Saat kulihat kau sedang bercanda dengan temanmu, ingin rasanya menyeretmu pergi. Aku merasa kau hanya milikku, bukan milik mereka.
Akupun mulai sedikit terobsesi padamu.

Kaulah yang membuatku terobsesi padamu.
Kau tahu? Aku sangat ingin memilikimu untukku sendiri.
Menjadikanku milikmu seorang, begitu juga sebaliknya.

Hingga pada hari itu, kulihat kau bercanda dengan seorang gadis. Kau tampak menyukai gadis itu.
Sedikit hancur hatiku, namun aku akan membalas perbuatan gadis itu.
KAU HANYA MILIKKU SEORANG! TAK BOLEH ADA ORANG LAIN YANG MENDEKATIMU SELAIN AKU!

Malam harinya, aku mengajak gadis itu berjalan-jalan di taman kota.
Ku ajak dia mengobrol sedikit, lalu aku bertanya padanya.
"Kau menyukai dia?" Dia tertawa, dan berkata bahwa kau hanyalah boneka usang baginya.
Kau tak berguna baginya.
Amarahku memuncak. Kuambil pisau yang kusiapkan sedari tadi dan menusuk perut si jalang itu. Kulihat mulutnya mengeluarkan darah.
Aku tertawa, "Bagaimana rasanya, cantik? Kau suka? Akan kuberi tambahan."
Aku menusuk perutnya lagi dan mengeluarkan isi perutnya. Kubiarkan ususnya menjuntai ke tanah. Kulihat dia mulai sekarat, dan saat itulah aku menyadari sesuatu.
'Kurasa ini satu-satunya cara agar kau tak terluka lagi,' batinku.
Aku mulai menusuk dada kirinya, dan memutar pisau itu. Si jalang itu mulai menyerah.
Aku mencabut pisau itu dan menancapkannya lagi dengan sekuat tenaga.
"Ini balasan karena menyakitinya, jalang!" umpatku sambil meninggalkannya yang sedang di ambang kematian sendiri. Tanpa kusadari, permen loli yang tadi kumakan terjatuh di dekat mayatnya. Hingga kasus yang kubuat dinamai 'Bloody Candy'. Dan aku senang menjadikan itu suatu kebiasaan.

Hari berikutnya, kau tampak agak bahagia.
Entah kenapa, aku juga tak tahu. Hingga, seseorang memberi tahuku.
Kau berhubungan dengan rivalku. Dan itu otomatis membuatku naik darah.

Malamnya, aku melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan pada gadis yang kemarin.
Begitu seterusnya, setiap kau dekat dengan gadis lain.
Bukankah sudah kubilang?! KAU HANYA MILIKKU SEORANG! AKU TAK AKAN MEMBIARKAN ORANG LAIN MENDEKATIMU!!

Hingga aku mulai stres
Aku mulai frustasi. Terlalu banyak yang berusaha mendekatimu.
Aku mulai malas membunuh mereka.
Hingga, aku menjalankan siasat terakhirku.

Sayang,
Kalau kau membaca surat ini, aku yakin sekarang pukul 10 malam. Kau sedang duduk di kasur kamarmu, dan tanganmu gemetaran.
Jangan takut, sayang. Aku tak akan menyakitimu.

Tunggu aku pukul 12 malam nanti.

Your Secret fans,
Bloody Sweety Candy

Pria itu gemetar hebat setelah membaca surat itu. "Gadis ini benar-benar sudah gila!" umpatnya. Ia melirik jam dinding. Jam 10 malam lewat 10 menit. Ia gemetar. Gadis ini benar. Pria itu sedang duduk di kasurnya, tangannya gemetar hebat. Ia ingin tidur, namun tak bisa. Akhirnya ia memutuskan untuk berbaring saja.

Tok tok tok.. suara jendela pria itu seperti diketuk. Ia bangun dan akan mengeceknya. Namun, langkahnya terhenti. Mana mungkin jendela kamarnya diketuk, padahal kamarnya berada di lantai 2? Dan ia hanya punya satu jendela di kamarnya. Kamarnya tentu jauh dari permukaan tanah. Tanpa sadar, pria itu mulai merinding. Ia kembali ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya. Tak lama kemudian, ia tertidur.

Kau milikku seorang, dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki kau hanya milikku.
Sekuat apapun usahamu untuk menyingkirkanku, aku akan selalu berbalik kepadamu.
Seperti bumerang.

Pria itu terbangun. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia mendengar sayup-sayup suara wanita dari luar jendelanya. Ia bangkit dan berjalan ke wastafel untuk membasuh mukanya. Sesaat kemudian, ia melihat sebuah bayangan melesat di luar jendela kamarnya. Ia bergegas ke jendela itu dan membukanya. Kalau-kalau ada yang berbuat iseng padanya. Namun nihil. Tak ada siapapun. Ia melirik jam dindingnya. Pukul 12 malam kurang 1 menit. Sayup-sayup, ia mendengar suara pisau yang sedang diasah. Pria itu mulai ketakutan. Beberapa detik kemudian, pria itu mendengar kikikan seorang wanita. Tik tok tik tok.. detak jam dinding itu terasa lebih kuat daripada biasanya. Napas laki-laki itu menderu. Ia berlari ke tempat tidurnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. 15 detik kemudian, ia mendengar suara kaca pecah dan pisau yang terjatuh ke lantai. Pria itu semakin gemetaran. Ia mendengar derap langkah kaki.

"Sehebat apapun kau bersembunyi, aku pasti akan menemukanmu." Suara itu begitu mengerikan. Disusul suara tawa melengking yang memekakkan telinga. Pria itu memberanikan diri membuka selimutnya dan bangun. Ia kaget begitu melihat seorang gadis bergaun putih sederhana yang dihiasi cipratan darah tersenyum penuh misteri di depannya.
"Selamat malam, sayang. Sesuai janjiku kan?" kata gadis itu sambil terkikik, lalu mengulum permen lolinya. Si pria menelan ludahnya. "Ka-kau... Kau..." "Ya, akulah yang mengirim surat itu padamu."

Gadis itu memungut pisau yang tergeletak di lantai. Memandanginya sebentar, lalu ia membuang permennya. Ia menjilat pisau itu sekali. Ia terlihat sangat menikmatinya.
"Kau tahu? Bau darah kotor mereka masih tercium di sini. Sangat wangi," oceh gadis itu sambil menghirup aroma pisau itu dalam-dalam. Si pria bertanya berang, "Apa maumu?!". Gadis itu mengeluarkan tawa melengkingnya lagi.
"Tentu saja aku menginginkanmu."

Gadis itu perlahan mendekat pada si pria sambil memainkan pisau yang digenggamnya. Ia pun duduk di pangkuan pria itu dan memandang wajahnya. "Kau tampan. Mau permen?" tawar gadis itu. Pria itu hanya diam. Mulutnya serasa terkunci, tubuhnya lemah. Gadis itu merogoh kantong hoodienya dan mengeluarkan sebungkus permen coklat. Ia memasukkan -lebih tepatnya mungkin menjejalkan- permen itu ke dalam mulut si pria, setelah itu ia menempelkan bibirnya ke bibir pria itu. Lidahnya menari di dalam rongga mulut pria itu, seakan ingin mengambil permen yang ada di dalam mulut pria itu. Selama lidahnya menari-nari, bagian tajam pisau yang dibawanya mulai menempel di leher laki-laki itu. Tangan kirinya menekan kepala laki-laki itu, sementara tangan satunya -yang membawa pisau- menyayatkan pisau itu ke leher pria itu sedikit demi sedikit. Pria itu meronta kesakitan, namun gadis gila itu tidak menggubrisnya dan tetap berkonsentrasi pada ciumannya. Pisau itu semakin dalam masuk ke dalam leher pria itu. Darah mulai mengalir ke mana-mana. Beberapa detik kemudian, wajah gadis itu menjauh dari tubuh pria tadi. Gadis itu tersenyum penuh arti.

Di sebuah ruangan yang temaram, duduk seorang gadis berambut hitam legam panjang sehitam kayu eboni. Ia duduk sambil menyilangkan kakinya dan tampak mengulum sebuah permen kapas. Di sampingnya, ada sebuah meja kecil yang di atasnya ada sebuah mangkok kecil berisi cairan agak pekat. Sesekali, ia mencelupkan permen kapasnya ke dalam mangkok itu. Kalau diperhatikan baik-baik, ada sesuatu yang menetes-netes mengisi mangkok itu. Di atas mangkok itu, banyak bagian tubuh yang diikat dan digantung. Darahnya menetes-netes dan mengisi mangkok itu.
Jadi, isi mangkok itu..? Ya, darah dari para korbannya. Dan di samping gadis itu, ternyata ada mayat seorang pria yang kepalanya hampir lepas dari lehernya. Laki-laki itu berdandan seperti pangeran yang tampan, sedangkan sang gadis memakai gaun putih yang bernoda darah kering. Gadis itu tampak berseri-seri dan menikmati permen kapasnya. Sesekali, ia menjilat leher laki-laki yang ada di sebelahnya lalu tertawa dengan suara yang melengking.

Kau hanya milikku seorang. Tak ada yang boleh memilikimu selain aku. Sekarang, akulah Juliet, dan kau adalah Romeo-ku.

_END_

2 komentar:

  1. Sadisnya, cintaku tak seperti itu
    Tapi bagus bagus ardanee (y)

    BalasHapus
  2. Waaa~
    Arigatou :D Obsesi itu lebih tajam dari pisau *loh?*

    BalasHapus