Selasa, 01 April 2014

"Je, tobat ya nak..."

Hohohohohyorin(?)
Jeje's back! Back back back! Oy! /nge-dance Sherlock(?)/
Nyeeepp, oke. Kali ini, gue bakal bahas soal YADONG! (reader : WATDEPUK, JEEEEE???!!!!!)
Eits, bukan deng. Canda ah canda...
Gue mau bahas tentang cabe-cabeaaaaannnn!!! /tebar kolor(?)/

Cabe-cabean itu apa sih? Terus, ada yang terong juga. Sumpah deh, gue bingung.
Yodah, karena gue bingung, gue gak jadi posting masalah cabe sama terong.
Gubaaaayyyyy :*

Kamis, 27 Maret 2014

Princess Rain & Mister Guitar by J.L

Heyaaaa~
Lama tak jumpa :* Kangen posting something inih :|
Oke, aku akan posting cerpenku. ROMANCE! Perhatian teman-teman, ini ROMANCE!!!
Yuk, check this out :D

Hujan turun dengan derasnya hari ini. Dedaunan basah tampak anggun ditiup angin dingin. Seorang gadis berseragam SMA berjalan dengan santainya di bawah rinai hujan, tanpa payung. Ia tampak menikmati setiap tetes air hujan yang menerpa wajah dan tubuhnya. Gadis itu adalah Dara, seorang siswi kelas XI-IPS1 SMA 1 Kertajaya. Ia berjalan riang di bawah tetes air hujan yang jatuh ke bumi.
Dia memang menyukai hujan. Baginya, hujan itu suatu hal yang paling indah yang pernah ia lihat. Dia suka saat kulitnya merasakan dinginnya tetes-tetes air hujan, dia juga menyukai saat-saat pelangi yang selalu berpendar setelah hujan sudah usai.  Ia bergegas menuju taman bermain yang ada di kompleksnya. Taman itu cukup sepi, tentu saja karena hujan. Dara berjalan cepat menuju ayunan yang ada di taman itu dan duduk di sana.

“Aku bersyukur hari ini hujan, habisnya panas banget sih tadi,” kata Dara sambil menaruh tasnya yang tertutup jas hujan khusus tas di tanah. Ia mengayunkan ayunan itu pelan. “Boleh duduk sini?” tanya seseorang. Dara menoleh ke sumber suara itu. Ternyata, di sana berdiri seorang laki-laki yang cukup tinggi dan berkacamata. Tubuhnya basah kuyup dan rambutnya berantakan. Dara hanya mengangguk, lalu kembali mengacuhkan laki-laki itu. Tentu saja karena nasihat bundanya, “Jangan bicara pada orang asing.” Dara terus memainkan ayunannya dalam diam, sementara laki-laki di sampingnya memperhatikannya lekat-lekat. Melihat pandangan laki-laki itu, wajah Dara bersemu merah. “E-ehm, aku Andara Juniarta, panggil aku Dara. Kamu?” tanyanya pelan. Laki-laki itu tersenyum dan mengulurkan tangannya, “Prayogi Saputra Indrawarman, bisa dipanggil Yogi.” Dara tersenyum kecil dan menjabat tangan Yogi. Lalu, keheningan kembali menyekap mereka. Dara tetap memainkan ayunannya, sedangkan Yogi terus memandang langit yang gelap. “Kamu baru pulang sekolah?” tanya Yogi kalem. Dara menoleh dan mengangguk. “Tadi ada rapat OSIS soalnya, jadi pulang telat. Kalau kamu mau ke mana? kok bawa gitar?” tanya Dara, yang berusaha terdengar ramah, sambil menunjuk tas untuk gitar yang dibawa Yogi. Yogi tersenyum simpul, “Tadinya sih mau latihan band, tapi dibatalin karena hujan. Ya udah aku pulang. Eh, hujannya udah berhenti.” Yogi menunjuk langit yang sedikit demi sedikit mulai terang kembali. Pelangi pun muncul dengan warna-warnanya yang rupawan. “Kamu mau pulang sekarang?” tanya Dara, tersirat nada kecewa di kata-katanya. Yogi menggeleng, “Aku masih ingin di sini. Di rumah nggak ada siapa-siapa. Kamu mau dengerin lagu yang aku ciptain?” tanya Yogi ramah. Dara mengangguk, dan Yogi mengeluarkan gitarnya. “Judulnya apa?” tanya Dara saat Yogi memetik senar gitarnya. “Princess Rain, ceritanya tentang seorang cowok yang suka sama seorang gadis yang suka banget sama hujan. Dan saat hujan itulah ia mulai mencintai gadis itu.”

“You stand under the rain, with smile on your face. It’s like you enjoy every raindrops touch your face. And I just can see you from there, Just see your sweet smile. And my heart beats fast. Yeah you, It’s you. You are the one I love.Yeah you, it’s you. You’re the Princess Rain who I loved.” Dara terperangah, ia kagum dengan lagu ciptaan Yogi. “Gimana? Bagus?” tanya Yogi. Dara mengangguk, “Keren kok. Itu kamu yang nyiptain? Hebat ya,” puji Dara. Yogi tersenyum dan mengangguk.
“Dara!” teriak seorang wanita dari gerbang taman. Dara menoleh, ternyata itu Asa, kakaknya. “Ya, kak! Aku pulang!” ujar Dara sambil membawa tasnya. “Aku pulang dulu ya, daripada Kak Asa marah-marah nanti. Sampai ketemu lagi,” kata Dara pada Yogi sambil berlari menuju kakaknya. Yogi mengangguk dan melambaikan tangannya pada Dara. Dara pun tersenyum dan melambaikan tangannya pada Yogi. “Pacarmu ya, dik? Keren ya,” goda Asa. Wajah Dara memerah lagi, lalu ia menggeleng, “E-eh? Bu-bukan kok! Ih, kak Asa ada-ada aja deh.”

“Kak! Buku catatan puisiku kakak taruh mana?!” ujar Dara saat ia selesai mandi dan akan menulis puisi. Asa memang meminjam buku Dara, untuk bahan untuk menyelesaikan bukunya. Asa adalah seorang penulis, ia sekarang sedang menyelesaikan buku kumcernya. “Oh, ini Ra. Maaf, kakak lupa. Hehehe,” kata Asa yang berdiri di depan pintu kamar Dara sambil tertawa kecil. Dara menyambar buku itu tanpa mengucapkan terima kasih dan mengurung diri di kamar.
‘Aku berdiri di bawah hujan. Dengan senyum terkembang, kunikmati setiap tetes air hujan yang menyentuh wajahku. Di ayunan aku merenung. Apa awan tak lelah membawa banyak air seperti tiu? Atau ia justru menikmatinya? Lalu, kau datang. Tubuhmu basah kuyup dan rambutmu yang basah menutupi mata kirimu. Kau duduk di sebelahku, entah apa yang kau pikirkan saat itu. kau terus memperhatikanku, tanpa kusadari semburat merah menjalar di pipiku. Aku pun mencoba berkenalan denganmu.’Dia sangat ramah,’ batinku saat melihatmu tersenyum setiap kau berbicara. Kau menyanyikan lagu ciptaanmu dengan gitarmu. Aku terkesima, kau begitu piawai memainkan jari-jarimu pada senar gitar itu. Princess Rain, itu judul lagu yang kau nyanyikan. Aku terkesan. Dan kurasa aku mulai mengagumimu.’ Tulis Dara. “Dara, makan dulu, nak! Kamu belum makan siang kan?” ujar bunda Dara dari lantai bawah. Dara pun menutup bukunya dan turun untuk makan siang.
“Dara! Kakak pinjam bukunya lagi ya. Kamu ada puisi baru kan?” tanya Asa yang duduk di samping tempat tidur Dara, sementara Dara tengkurap di kasurnya dan membuka laptopnya untuk melanjutkan ceritanya. “Iya. Emang cerita kakak belum selesai ya?” tanya Dara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya. Asa mengangguk lemas, “Kurang 1 cerpen lagi biar pas 14, kan kakak rencana mau terbitin buku itu waktu Valentine. Ya udah, kakak ubah dari10 cerpen jadi 14 cerpen. Kakak udah buat 3 tadi, terus kurang satu. Mungkin aja kakak bisa dapet inspirasi dari kamu. Makasih ya,” kata Asa sambil menyambar buku Dara dan kabur. Dara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakaknya. Ia kembali memandang layar laptop dan menyelesaikan kalimat akhir dari bab yang sedang dikerjakannya.  “Eh, ini quotesnya apa ya?” gumam Dara. Lalu, terbersit suatu kalimat. Akhirnya, ia mengetikkan beberapa kata.

“Cinta tak akan pernah salah, dan segala sesuatu yang diperjuangkan atas nama cinta tak akan pernah sia-sia,” eja Dara. Seketika, senyumnya mengembang.
Keesokan paginya, Dara berangkat ke sekolah pukul setengah enam pagi, karena para inti OSIS SMA 1 Kertajaya akan mengadakan rapat berkenaan dengan acara konser amal yang akan diselenggarakan oleh sekolah mereka. Saat berjalan, ia merasa namanya dipanggil oleh seseorang, “Dara! Hei, Dara!”. Dara pun berbalik, ia mendapati Yogi sedang mengayuh sepedanya ke arah Dara lalu berhenti di sebelah Dara dan tersenyum. “Pagi,” sapanya sambil tersenyum. Dara balas tersenyum dan berkata, “Pagi juga. Kok berangkat pagi banget? Kamu sekolah di mana sih?”. Yogi menunjukkan dasinya. Di sana ada 3 buah strip putih dan lambang SMA 1 Dirgantara. Dara pun mengangguk-angguk mengerti, lalu Yogi berkata, “Mau aku anter? Searah kan?”. Semburat merah menjalar di pipi Dara. “Eh? Nggak usah, aku bisa jalan sendiri kok,” kata Dara pelan. “Beneran? Ya sudah, mungkin lain kali.” Tiba-tiba, Yogi turun dari sepedanya dan menuntunnya. “Loh, kamu duluan aja nggak apa-apa,” ujar Dara. Yogi menggeleng dan tersenyum, “Nggak etis, ngebiarin perempuan jalan sementara laki-laki naik kendaraan.” Wajah Dara semakin memerah. Ternyata Yogi adalah laki-laki yang sangat perhatian dan ramah. Dan itu membuat Dara semakin kagum padanya.

“Sudah sampai, aku masuk dulu ya. Makasih udah nemenin aku jalan,” ujar Dara tulus sambil tersenyum pada Yogi. Yogi mengangguk dan mengacungkan jempolnya, lalu mengayuh sepedanya ke sekolahnya. “Cie, gebetan baru,” ujar seseorang sambil mencubit pipi Dara. “Ih, Karin! Sakit tahu, apa-apaan sih?” protes Dara pada Karin, sahabatnya. Karin terkikik, “Ceilah, yang punya gebetan baru. Siapa namanya? Anak Dirgantara ya?” tanya Karin sambil memperhatikan Yogi yang semakin menajuh. “Itu bukan gebetan, hanya teman saja. Namanya Yogi, anak Dirgantara kelas 3,” jawab Dara kesal. Lalu mereka pun berjalan ke dalam. “Yogi? Prayogi Saputra Indrawarman? Yang anak band itu? Yang jago main gitar itu?” tanya Karin kaget. Dara mengangguk enteng, “Emang kenapa? Kok kayaknya kamu tahu banget soal dia?”. Karin berhenti dan mencengkeram kerah jaket Dara, “Masa kamu nggak tahu sih? Dia itu anak band paling keren! Nama bandnya itu Painkiller, dia pegang gitar, kadang pegang bass juga. Gimana ceritanya kamu bisa kenal dia?!”. Dara hanya mengedikkan bahu lalu berlari masuk ke ruang OSIS.

“Ra! Kamu hari ini ada acara?” tanya Adit, sang ketua kelas sambil merapikan mejanya, karena bel istirahat. Dara mengedikkan bahunya, “Mungkin nggak ada. Ada apa?” tanya Dara penasaran. “Jalan yuk. Mau nggak?” tawar Adit. Namun, Dara menggeleng dan menjawabnya dengan penuh sesal, “Maaf, tapi aku nggak bisa. Aku harus bantuin kakakku nyusun cerpennya.” Dara pun berlalu, meninggalkan Adit yang terperangah.
“Rin, aku duluan!” ujar Dara sambil berlari keluar sekolah. Saat ia berjalan sendiri di gerbang kompleksnya, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Ternyata dia adalah Yogi. Yogi tampak berkeringat, dan dia sedang menuntun sepedanya, menyejajarkan langkahnya dengan Dara. “Ke taman lagi yuk? Bentar lagi hujan nih,” ajak Yogi ramah. Dara mengangguk, lalu Yogi berkata, “Aku bonceng aja ya?”. Karena tak kuasa menolak ajakan ramah Yogi, ia pun mengangguk dan duduk di boncengan sepeda Yogi. “Udah? Okee!!” mereka pun meluncur menuju taman bermain.
Saat mereka sampai, mereka pun langsung duduk di ayunan. Tiba-tiba, langit menjadi gelap dan hujan mulai turun. Dara pun tersenyum gembira, “Yaayy, hujaann!!” ujarnya kekanak-kanakan. Yogi hanya tersenyum melihat tingkah Dara. Tiba-tiba, Dara berubah murung. Ia pun berkata, “Gi, wajar nggak sih kalau perempuan nyatain perasaan ke cowok?”. Yogi memandang Dara agak cemas, “Kenapa emangnya? Kamu suka sama seseorang? Cerita dong, kita kan temen.” Dara menggeleng lalu diam. “Dia istimewa. Dia ramah, respect, bisa dibilang dia keren. Dia pernah nyanyiin lagu dia di dekatku, dan itulah yang buat aku suka sama dia. Tapi, aku nggak berani ngomong ke dia. Karena aku tahu, dia bakal nolak aku, dan aku nggak mau itu terjadi. Dan aku benar-benar muak dengan diriku sendiri,” air mata Dara perlahan menetes, namun Yogi tak akan menyadari itu, karena air mata perih itu tersamarkan oleh tetes air hujan. Yogi merasa sedikit sesak, “Jadi, selama ini kamu suka sama aku?” tanya Yogi penuh penyesalan. Dara diam sejenak, lalu menyeka air matanya. Yogi berdiri dan mendekati Dara, “Ma-maaf. A-aku hanya nganggep kamu sebagai tem—“ “Cukup, Gi. Aku udah tahu kalau nantinya akan kejadian kayak gini. Makasih buat semuanya, aku rasa aku emang harus ngelupain kamu. Selamat tinggal,” tukas Dara sembari bangkit dan beranjak pergi. Sudah cukup luka yang ia rasakan. Ia sudah muak dengan dirinya sendiri. Dirinya sendiri yang ingin meninggalkan Yogi dan menanggalkan perasaannya pada Yogi, namun hatinya berkata lain. Ia pun kembali ke rumah dengan mata sembab.

Hari-hari berikutnya, Dara masih dalam keadaan galau. Entah karena ia belum bisa melupakan Yogi atau kenapa. Karin, sahabatnya, pun khawatir dengan keadaan sahabatnya. Sementara, Yogi sedang mesra-mesranya dengan kekasih barunya. Ia tak sedikitpun memikirkan hancurnya perasaan Dara lagi. Baginya, yang penting baginya sekarang adalah kekasihnya.
Hingga sebulan setelah kejadian di taman itu, Dara memutuskan untuk melupakan Yogi dan memulai lembaran yang baru. Di sisi lain, Yogi melihat kekasihnya sedang berduaan dengan laki-laki yang merupakan rivalnya. Hati Yogi hancur, lalu ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan gadis itu. Saat berjalan pulang, ia melewati taman bermain yang dulu pernah dikunjunginya bersama Dara. Ia pun memarkir sepedanya dan merenung di ayunan, seperti yang dulu ia lakukan bersama Dara. Dalam hatinya, ia merasa menyesal telah menyia-nyiakan Dara. Yogi pun mengambil gitarnya dan memeluk gitar itu. “Aku bodoh! Aku bodoh! Apa aku begitu bodoh sehingga aku menyia-nyiakan orang sangat sayang padaku?!” pekiknya.

“Mungkin memang ku cinta, mungkin memang ku sesali. Pernah tak hiraukan rasamu, dulu. Aku hanya ingkari kata hatiku saja. Tapi mengapa, cinta datang terlambat,” lirih Yogi sambil memetik senar gitarnya. “Aku menyesal, Dara! Aku menyesal telah menyia-nyiakanmu! Andara Juniarta!” rintihnya. Tanpa terasa, air mata penyesalannya mulai turun. “ANDARA JUNIARTA! AKU MENCINTAIMU! AKU INGIN KAU KEMBALI!” seru Yogi penuh penyesalan. Tanpa ia sadari, Dara sedang berada di dekat taman itu saat Yogi menyerukan kata-kata itu. Tanpa ia sadari, ia juga mulai meneteskan air matanya dan berjalan pelan mendekati Yogi.

“Apa itu benar? Yang kau serukan barusan?” tanya Dara pelan, dan itu membuat Yogi agak sedikit kaget. Namun, Yogi bangkit dan memeluk erat Dara. “Maaf.. maaf. Aku tahu kamu takkan bisa memaafkanku, tapi tolong jangan lupakan aku,” sesal Yogi. Dara terkejut namun ia berkata, “Cinta akan selalu memaafkan.” Dan itu membuat Yogi semakin mengeratkan pelukannya. Langit berubah mendung, lalu hujan kembali turun.

“Akhirnya aku bertemu dengan Princess Rain,” ujar Yogi. Hujan semakin lama menjadi semakin deras. Dara pun tersenyum dan berkata pelan, “Dan aku menemukan Mister Guitar yang selama ini selalu kuimpikan.” Yogi membalas senyuman Dara, “Aku mencintaimu. I love you. Je t’aime, aishiteru, saranghae—“ “Aku tidak butuh semua kata cintamu, aku hanya ingin kau selalu di sisiku dan mengerti keadaanku. Aku juga mencintaimu,” ujar Dara. Dan seiring berjalannya waktu, awan-awan berhenti menangis dan pelangi mulai menunjukkan spektrum warnanya yang indah.
Cinta tak akan pernah salah, dan segala sesuatu yang diperjuangkan atas nama cinta tak akan pernah sia-sia.

-The End-


Huah, copas selesai :p Ini no editing karena gue lg males ngedit :D
Hope you like it, guys :D

Oke, silahkan komentar di bawah soal cerita ini. Tunggu cerita berikutnya yaaa~
Jaaaa~~~

Minggu, 09 Februari 2014

Comeback(?)

Ohayou~
Jeje balik yaw~ '-')/
Hari ini, aku mau cerita soal kambek (anggap saja itu comeback).

Baru aja tadi malem aku join grup RP lagi. Setelah setahun aku nggak main RP, akhirnya aku kambek (Reader : tulis comeback aja napaaa?!) jadi @RPAL_Tooka alias Takanashi Tooka, kakaknya si Rikka The Tyrant Eye gadungan #ups.
Sebenernya masih agak ngganjel gimana gitu, soalnya dulu aku pernah ada peristiwa nggak enak waktu main RP. Dulu aku pernah punya couple di RP, kita dulu bener-bener akur, di RL juga baik-baik aja. Tiba-tiba, dia long hiatus tanpa aku tahu. Yah, waktu itu dia kelas 9, mungkin dia banyak ujian atau mau UN. Aku sabar aja nunggu dia. Tapi, pas aku on, dia nggak on. Dan sebaliknya juga. Pernah sekali kita on barengan (itu nggak sengaja sih. Waktu itu ada perasaan nggak enak, jadi aku buka twitter). Tiba-tiba, dia bilang, "Dear, aku mau leave. Gimana? Kamu tau kan sekarang aku gimana?". Nyesss, ancur mak! Terus aku bales aja, "Ya udah, gapapa :') Semangat ya buat UN-nya. Pastikan kamu balik lagi buat aku :')". 5 menit kemudian, dia bales, "Ehm, maaf dear. Aku nggak bisa balik lagi. Jangan sedih ya :') Masih banyak cowok yang lebih baik dari aku". Rasanya jantung langsung berenti. Gila, nyesek banget mak! Akhirnya twitter RPku aku log out, hp aku banting ke meja, saking nyeseknya. Sejak saat itu, aku nggak pernah buka twitter RP. Aku minta temenku bukain sama balesin mention. Sebulan kemudian, aku beraniin diri buka twitter RP lagi. Mention dari couple-ku numpuk.
"Maaf..."
"Kamu kok nggak on? Kamu marah ya?"
"Kalau kamu marah, aku batalin aja.."
"Dear, kamu kemana?"
"Dear, aku kangen kamu. Please on buat aku :("
dst. Dan saat itulah aku nyesek untuk kedua kalinya. Aku bales satu mentionnya.
"Maaf, dear. Aku sibuk, jadi nggak bisa buka twitter. Aku nggak marah, cuma agak nyesek aja :')"
Aku tunggu balesannya, tapi gak ada. Akhirnya aku off.
Waktu itu mau ulangan semester, jadi aku nggak on  hampir 3 minggu. Hari Sabtu, aku buka twitter RP. Ada sekitar 10 mention masuk. Ada dari couple-ku sekitar 5 mention.
"Iya dear :') Maaf bikin kamu nyesek. Maafin aku ya.."
"Dear? Kita gimana jadinya?"
"Dear, kamu kapan on? Aku kangen kamu :') ILY {}"
"Dear, maaf aku harus leave. Aku sebenernya gak mau ninggalin kamu, tapi mau gimana lagi?"
"Goodbye dear. Jangan leave ya, tetep semangat. Aku selalu dukung kamu. Bye, I love you so much :* ({}) :')"
Nyessssseeeekkkkk!!!!!

Aku sempet galau-galauan di twitter sekitar seminggu. Temen-temenku di RP pada nyemangatin aku, tapi kelihatannya emang aku yang belum bisa move on ya :')
Akhirnya, aku leave, terus akunku aku kasih ke temenku. Akhirnya aku leave setahun, cuma buat move on dari coupleku itu :'D

Akhirnya, tadi malem, aku coba masuk dunia RP lagi...
Alhamdulillah, tetep kayak dulu. Temen-temen pada friendly, welcome sama aku. Sebenernya, aku ambil karakter Tooka karena dia itu jutek, pendiem, agak ngeri-ngeri gimana gitu. Jadi, ya aku bisa IC lah :D

Ah, udah nyeseknya. Mending aku akhiri saja :D
See you~ /tebar kolor/

Kamis, 06 Februari 2014

Menulis Cerita? Why Not?

Hai~
Jeje balik lagi. Kali ini, aku bakal posting tentang dunia yang sekarang kugeluti, yaitu tulis menulis.
Penasaran? Yuk, check this out!

Hidup kita emang nggak jauh-jauh dari yang namanya menulis. Di rumah kalian menulis, di sekolah juga, di mana mana kita bisa menulis.
Nah, menulis yang mau aku bahas di sini yaitu menulis cerita.

Banyak sih yang bilang kalau menulis cerita itu susah. Yang gak ada ide lah, yang males nglanjutinnya lah, ini itu, wah banyak banget alasannya.
Eittss, sebenarnya pendapat di atas itu salah loh. Menulis cerita itu gampang kok, cuma ada beberapa masalah yang bikin orang males buat menulis cerita. Ini nih beberapa masalah itu.

1. Mood (Persentase : 78%)
Kata orang, mood itu mempengaruhi seseorang dalam mengerjakan suatu hal. Misalnya, kalau kalian lagi badmood, pasti ujung-ujungnya ntar pengen marah mulu, kesel mulu. Ya kan? Iya nggak? Jujur deh, pasti sebagian besar orang bilang ya.
Tapi, itu kalau kalian nurutin mood kalian. Kalau kalian nggak nurutin mood kalian, pasti hidup kalian lancar-lancar aja. Jangan sering-sering badmood, ntar cepet tua loh.. Hihihi :3
Nah, kalau kalian ingin bisa menulis cerita dengan baik, jangan turutin badmood. Karena, mengerjakan suatu proyek hanya di saat goodmood aja nggak bakal ada hasilnya. Kalau kalian ingin maju, lawan aja badmood kalian.

2. Nggak ada ide / Writer's block (Persentase : 12%)
 Ide emang diperluin kalau lagi nulis cerita. Kalau nggak ada ide, pasti rasanya stres gitu. Eits, ide itu bisa didapat dari mana aja loh. Di mall, di rumah, di taman, di toilet umum, bahkan di kantor kepala sekolah *eh?*
Kalau kalian lagi WB, coba aja jalan-jalan ke mana gitu. Sambil menikmati perjalanan, kalian bisa mikir apa yang akan kalian tulis selanjutnya, jadi siapin buku notes kalau mau ke mana-mana. Kalau kalian dapet ide, langsung cabut bolpen terus tulis deh di notesnya.
Inget, ide bisa kalian dapat dari mana saja. Dari liat orang kencan, lihat orang tawar menawar di pasar, lihat tante tante rempong di mall, dari manaaaa aja, kalian pasti bakal dapet ide.

3. Males (Persentase : 10%)
"Duuh, males ah. Ntar dulu gih." "Duuh, capek. Besok aja deh."
Aaah, kalimat-kalimat di atas pasti sering kalian ucapin. Hellooo, kalau kalian gitu terus, kapan mau berhasil? Inget kata nenek, jangan suka nunda-nunda sesuatu.
Kalau kalian nurutin males, apapun yang kalian tuju nggak bakal kesampaian. Dan itu bakal bikin usaha kalian sia-sia aja.
Kalian nggak mau usaha kalian sia-sia kan? Yuk, kita bunuh rasa males kita :D

Yo'i, itu adalah alasan-alasan yang paling sering dilontarkan.
Duuh, padahal masalah di atas itu gampang ngatasinnya loh...

Jangan salah, aku juga pernah kayak kalian. Rasanya males gitu nglanjutin cerita. Namun, setelah mengevaluasi diri dan berusaha memperbaiki kesalahan, akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa move on dari yang namanya WRITER'S BLOCK.

Nah, setelah baca postinganku ini, apa kalian tertarik menulis cerita?
Yuk, mari menulis cerita :)

Rabu, 05 Februari 2014

Untitled Story by me.

Dear you,
Kau tahu? Aku mengagumimu sejak lama.
Aku sadar, sekarang aku tak hanya mengagumimu. Kurasa aku juga mulai mencintaimu.

Mungkin kau tak tahu siapa aku,
Tapi aku tahu betul siapa kau.

Hari demi hari berlalu.
Aku melihatmu setiap hari. Dan pada saat itulah, rasa cintaku padamu bertambah.
Semakin hari semakin banyak.
Aku selalu memperhatikanmu dari sudut yang tak pernah kau sadari.
Aku bisa melihatmu, namun kau tak akan bisa melihatku.

Kurasakan cintaku semakin membara.
Saat kulihat wajahmu yang tegas nan anggun, semakin membuatku tergila-gila padamu.
Saat kulihat kau sedang bercanda dengan temanmu, ingin rasanya menyeretmu pergi. Aku merasa kau hanya milikku, bukan milik mereka.
Akupun mulai sedikit terobsesi padamu.

Kaulah yang membuatku terobsesi padamu.
Kau tahu? Aku sangat ingin memilikimu untukku sendiri.
Menjadikanku milikmu seorang, begitu juga sebaliknya.

Hingga pada hari itu, kulihat kau bercanda dengan seorang gadis. Kau tampak menyukai gadis itu.
Sedikit hancur hatiku, namun aku akan membalas perbuatan gadis itu.
KAU HANYA MILIKKU SEORANG! TAK BOLEH ADA ORANG LAIN YANG MENDEKATIMU SELAIN AKU!

Malam harinya, aku mengajak gadis itu berjalan-jalan di taman kota.
Ku ajak dia mengobrol sedikit, lalu aku bertanya padanya.
"Kau menyukai dia?" Dia tertawa, dan berkata bahwa kau hanyalah boneka usang baginya.
Kau tak berguna baginya.
Amarahku memuncak. Kuambil pisau yang kusiapkan sedari tadi dan menusuk perut si jalang itu. Kulihat mulutnya mengeluarkan darah.
Aku tertawa, "Bagaimana rasanya, cantik? Kau suka? Akan kuberi tambahan."
Aku menusuk perutnya lagi dan mengeluarkan isi perutnya. Kubiarkan ususnya menjuntai ke tanah. Kulihat dia mulai sekarat, dan saat itulah aku menyadari sesuatu.
'Kurasa ini satu-satunya cara agar kau tak terluka lagi,' batinku.
Aku mulai menusuk dada kirinya, dan memutar pisau itu. Si jalang itu mulai menyerah.
Aku mencabut pisau itu dan menancapkannya lagi dengan sekuat tenaga.
"Ini balasan karena menyakitinya, jalang!" umpatku sambil meninggalkannya yang sedang di ambang kematian sendiri. Tanpa kusadari, permen loli yang tadi kumakan terjatuh di dekat mayatnya. Hingga kasus yang kubuat dinamai 'Bloody Candy'. Dan aku senang menjadikan itu suatu kebiasaan.

Hari berikutnya, kau tampak agak bahagia.
Entah kenapa, aku juga tak tahu. Hingga, seseorang memberi tahuku.
Kau berhubungan dengan rivalku. Dan itu otomatis membuatku naik darah.

Malamnya, aku melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan pada gadis yang kemarin.
Begitu seterusnya, setiap kau dekat dengan gadis lain.
Bukankah sudah kubilang?! KAU HANYA MILIKKU SEORANG! AKU TAK AKAN MEMBIARKAN ORANG LAIN MENDEKATIMU!!

Hingga aku mulai stres
Aku mulai frustasi. Terlalu banyak yang berusaha mendekatimu.
Aku mulai malas membunuh mereka.
Hingga, aku menjalankan siasat terakhirku.

Sayang,
Kalau kau membaca surat ini, aku yakin sekarang pukul 10 malam. Kau sedang duduk di kasur kamarmu, dan tanganmu gemetaran.
Jangan takut, sayang. Aku tak akan menyakitimu.

Tunggu aku pukul 12 malam nanti.

Your Secret fans,
Bloody Sweety Candy

Pria itu gemetar hebat setelah membaca surat itu. "Gadis ini benar-benar sudah gila!" umpatnya. Ia melirik jam dinding. Jam 10 malam lewat 10 menit. Ia gemetar. Gadis ini benar. Pria itu sedang duduk di kasurnya, tangannya gemetar hebat. Ia ingin tidur, namun tak bisa. Akhirnya ia memutuskan untuk berbaring saja.

Tok tok tok.. suara jendela pria itu seperti diketuk. Ia bangun dan akan mengeceknya. Namun, langkahnya terhenti. Mana mungkin jendela kamarnya diketuk, padahal kamarnya berada di lantai 2? Dan ia hanya punya satu jendela di kamarnya. Kamarnya tentu jauh dari permukaan tanah. Tanpa sadar, pria itu mulai merinding. Ia kembali ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya. Tak lama kemudian, ia tertidur.

Kau milikku seorang, dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki kau hanya milikku.
Sekuat apapun usahamu untuk menyingkirkanku, aku akan selalu berbalik kepadamu.
Seperti bumerang.

Pria itu terbangun. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia mendengar sayup-sayup suara wanita dari luar jendelanya. Ia bangkit dan berjalan ke wastafel untuk membasuh mukanya. Sesaat kemudian, ia melihat sebuah bayangan melesat di luar jendela kamarnya. Ia bergegas ke jendela itu dan membukanya. Kalau-kalau ada yang berbuat iseng padanya. Namun nihil. Tak ada siapapun. Ia melirik jam dindingnya. Pukul 12 malam kurang 1 menit. Sayup-sayup, ia mendengar suara pisau yang sedang diasah. Pria itu mulai ketakutan. Beberapa detik kemudian, pria itu mendengar kikikan seorang wanita. Tik tok tik tok.. detak jam dinding itu terasa lebih kuat daripada biasanya. Napas laki-laki itu menderu. Ia berlari ke tempat tidurnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. 15 detik kemudian, ia mendengar suara kaca pecah dan pisau yang terjatuh ke lantai. Pria itu semakin gemetaran. Ia mendengar derap langkah kaki.

"Sehebat apapun kau bersembunyi, aku pasti akan menemukanmu." Suara itu begitu mengerikan. Disusul suara tawa melengking yang memekakkan telinga. Pria itu memberanikan diri membuka selimutnya dan bangun. Ia kaget begitu melihat seorang gadis bergaun putih sederhana yang dihiasi cipratan darah tersenyum penuh misteri di depannya.
"Selamat malam, sayang. Sesuai janjiku kan?" kata gadis itu sambil terkikik, lalu mengulum permen lolinya. Si pria menelan ludahnya. "Ka-kau... Kau..." "Ya, akulah yang mengirim surat itu padamu."

Gadis itu memungut pisau yang tergeletak di lantai. Memandanginya sebentar, lalu ia membuang permennya. Ia menjilat pisau itu sekali. Ia terlihat sangat menikmatinya.
"Kau tahu? Bau darah kotor mereka masih tercium di sini. Sangat wangi," oceh gadis itu sambil menghirup aroma pisau itu dalam-dalam. Si pria bertanya berang, "Apa maumu?!". Gadis itu mengeluarkan tawa melengkingnya lagi.
"Tentu saja aku menginginkanmu."

Gadis itu perlahan mendekat pada si pria sambil memainkan pisau yang digenggamnya. Ia pun duduk di pangkuan pria itu dan memandang wajahnya. "Kau tampan. Mau permen?" tawar gadis itu. Pria itu hanya diam. Mulutnya serasa terkunci, tubuhnya lemah. Gadis itu merogoh kantong hoodienya dan mengeluarkan sebungkus permen coklat. Ia memasukkan -lebih tepatnya mungkin menjejalkan- permen itu ke dalam mulut si pria, setelah itu ia menempelkan bibirnya ke bibir pria itu. Lidahnya menari di dalam rongga mulut pria itu, seakan ingin mengambil permen yang ada di dalam mulut pria itu. Selama lidahnya menari-nari, bagian tajam pisau yang dibawanya mulai menempel di leher laki-laki itu. Tangan kirinya menekan kepala laki-laki itu, sementara tangan satunya -yang membawa pisau- menyayatkan pisau itu ke leher pria itu sedikit demi sedikit. Pria itu meronta kesakitan, namun gadis gila itu tidak menggubrisnya dan tetap berkonsentrasi pada ciumannya. Pisau itu semakin dalam masuk ke dalam leher pria itu. Darah mulai mengalir ke mana-mana. Beberapa detik kemudian, wajah gadis itu menjauh dari tubuh pria tadi. Gadis itu tersenyum penuh arti.

Di sebuah ruangan yang temaram, duduk seorang gadis berambut hitam legam panjang sehitam kayu eboni. Ia duduk sambil menyilangkan kakinya dan tampak mengulum sebuah permen kapas. Di sampingnya, ada sebuah meja kecil yang di atasnya ada sebuah mangkok kecil berisi cairan agak pekat. Sesekali, ia mencelupkan permen kapasnya ke dalam mangkok itu. Kalau diperhatikan baik-baik, ada sesuatu yang menetes-netes mengisi mangkok itu. Di atas mangkok itu, banyak bagian tubuh yang diikat dan digantung. Darahnya menetes-netes dan mengisi mangkok itu.
Jadi, isi mangkok itu..? Ya, darah dari para korbannya. Dan di samping gadis itu, ternyata ada mayat seorang pria yang kepalanya hampir lepas dari lehernya. Laki-laki itu berdandan seperti pangeran yang tampan, sedangkan sang gadis memakai gaun putih yang bernoda darah kering. Gadis itu tampak berseri-seri dan menikmati permen kapasnya. Sesekali, ia menjilat leher laki-laki yang ada di sebelahnya lalu tertawa dengan suara yang melengking.

Kau hanya milikku seorang. Tak ada yang boleh memilikimu selain aku. Sekarang, akulah Juliet, dan kau adalah Romeo-ku.

_END_

Selasa, 04 Februari 2014

Puisi Tak Bertajuk

Di sinilah aku tersadar
Di sinilah aku mencinta
Di sinilah aku kecewa

Di sinilah ku cintaimu
Di sinilah ku berharap padamu
Di sinilah kau kecewakanku

Kadang kurasakan sedikit kekecewaan
Saat kulihat dirimu di sini
Sedikit..

Aku ingat
Aku ingat betul
Di sinilah kau membuatku menangis
Untuk pertama kalinya

Tapi, sekarang aku sadar
Sekarang kau bukan siapa-siapa lagi untukku
Jadi, untuk apa aku kecewa padamu?
Toh, siapa kau siapa aku?

Tapi, di sinilah aku sekarang
Beginilah aku sekarang

Aku yang berusaha tegar
Aku yang berpura-pura kuat
Aku yang menyembunyikan kepedihan di balik semua tawa

Aku yakin, dan aku bersumpah
Aku akan menjadi yang terbaik, menjadi yang terkuat
Kenapa?
Kau tahu?
Karena, aku ingin membuatmu menyesal!

Selasa, 21 Januari 2014

Curcol geje~

Hai.
Halo.

-Selesai-

/ditabok orang sekampung/

Oke oke, maap ya. Lagi bosen ini. Udah sekarang waktunya fisika, gurunya asik sendiri, gue gak bisa fisika lagi, yaudah deh, jadi anak badung sehari :D (padahal udah tiap hari jadi anak nakal -___-" )

Oke, gue mau curhat! (Eh, sejak kapan gue jadi elo-gue geneh? ._.)a ah biarin deh, masa bodo ah!)

Gue punya 'unseen-friend(s)', jumlahnya 3 (sebenernya ada 2 lagi, tapi belum kenalan). Namanya Azura, Augustav, sama Shiellea. Si Azura itu bentuknya(?) cewek cantik tinggi semampai, kakinya ngambang /orang sekampung kabur semua/, pake gaun putih-gading. Si Augustav itu cowok (Ya iyalah), pake jas item, tinggi. Si Shiellea itu wujudnya kayak anak kecil, imut-imut, pake gaun biru ada putihnya.
Sebenernya ada 2 lagi anak kecil cewek, satu pake gaun putih, satu pake gaun ungu-kecubung. Tapi belom kenalan. Ada yang mau kenalan? Yuk, kenalan bareng-bareng :D

Oh ya, punya 'unseen-friend' itu enak loh. Ada yang punya 'unseen-friend' gak? Boleh gak aku kenalan sama 'mereka'?